Agustus 11, 2016

fotografi forensik, Herry Tjiang

Fotografi forensik by Herry Tjiang 

Fotografer forensik

Fotografi forensik (forensic photography) bisa disebut juga Tempat kejadian pekara fotografi (TKP). Definisinya adalah ” Kegitan mencatat penampilan awal dari TKP mencatat penampilan awal dari TKP dan bukti fisik, dalam rangka memberikan catatan permanen untuk pengadilan / kehakiman.

Pebedaan TKP fotografi  berbeda dengan fotografi pada umumnya perbedaanya adalah :

1. TKP fotografi memiliki tujuan untuk mendokumentasikan setiap foto / kejadian.
2. TKP fotografi dapat menjadi sumber utama dari bukti fisik yang digunakan untuk menghubungkan atau link tersangka untuk adegan, korban untuk adegan, dan tersangka kepada korban.

Apa pun yang ditemukan di TKP dapat menjadi bukti fisik. Di TKP penyelidikan ilmiah, kegiatan pertama di TKP sangat penting untuk pelestarian sukses dari bukti fisik. Responden pertama dan akhirnya TKP penyidik ​​memiliki kewajiban untuk membuat adegan aman dan memastikan bahwa setiap kegiatan lebih lanjut di tempat kejadian tidak mengubah bukti. Penggunaan metode keamanan bertingkat akan menyelesaikan tugas ini. Survei adegan awal adalah yang pertama aktivitas di-scene

Semua fotografi forensik harus mempertimbangkan tiga unsur di TKP: subjek, skala, dan objek referensi. Juga, foto-foto forensik keseluruhan harus ditampilkan representasi netral dan akurat.

Kegunaan fotografi forensik adalah :

1. Forensik Fotografi , digunakan untuk menyegarkan ingatan pada lokasi seiring tidak adanya lokasi tersebut lagi ataupun tidak bisa membawa TKP ke persidangan.
2. Forensik Fotografi, ini juga digunakan Hakim , Juri, pengacara untuk menjadi barang bukti atau acuan bahkan menjadi salah satu car untuk mengumpulkan bukti yang sah.

TEMPAT KEJADIAN PEKARA (TKP)

TKP adalah sumber dari bukti fisik yang dapat digunakan untuk menghubungkan tersangka, korban yang dibentuk dengan adegan. Untuk pengumpulan data tesebut sebagai bukti dapat digolongkan menjadi bukti atau data sebagai berikut

BUKTI TKP :

1. Bukti Biologis : bukti yang berasal dari object / subject hidup termasuk didalamnya cairan, patogen
2. Bukti Kimia : bukti yang berasal dari bahan kimia yang ada (tidak selalu ada) biasa di kasus keracunan, kebakaran, ledakan, yang berasal dari bahan kimia termasuk didalamnya air raksa ataupun cairan kimia seperti sianida dan jenis kimia lainnya. Juga termasuk didalamnya abu asap rokok.
3. Bukti Bermotif : bukti dengan pola seperti finger print, jejak sepatu, ukuran sepatu, golongan darah
4. Bukti yang terekam : Bukti dari foto yang terekam dari hal yang terkecil seperti , noda lipstik di baju, sobekan baju, kuku dan lain lain.

Selain mengidentifikasi jenis bukti fisik yang ditemukan di TKP, perlu untuk mendapatkan informasi investigasi berharga dari analisis barang bukti fisik yaitu untuk menentukan : 

1. Corpus Delicti 
Bukti yang menentukan bahwa tindakan kejahatan benar benar terjadi
2. Modus operandi identification
Modus yang dipakai untuk melakukan kejahatan , contohnya cara masuk rumah, cara melakukan motifnya , atau cara untuk mengerjakan operasi kejahatan atau kriminal yang dilakukan

3. Association or linkage
Mencari hubungan dengan analisa Association atau linkage dari keluarga terdekat yang langsung berhubungan ataupun tidak berhubungan secara langsung dengan korban
4. Disproving/supporting victim/suspect/witness statements
Bukti dari korban, saksi mata yang ditanya secara langsung

5. Identification of suspects/victims/crime scene location
Mengidentifikasi tersangka, korban di lokasi kejadian bisa berbentuk sidik jari atau DNA dari potongan rambut, kulit yang terkelupas, bekas luka dll
6. Provide for investigative leads for detectives
Menyediakan bukti bukti nyata sebagai barang bukti untuk penyelidikan lebih lanjut oleh pihak yang berwenang untuk mencari korban dan tersangka

 

Tips untuk mendapatkan bukti forensic foto yang akurat adalah :

1. Responden pertama , menjadi yang pertama di TKP itulah hal yang berbaik dari bukti yang ada hal ini sering tidak terlaksana karea fotografer sering kali datang setelah polisi datang yang terkadang bukti otentik bisa saja hilang, tersamarkan, atau berubah bentuk dan posisinya. Hal ini akan mengurangi ke akuratan dari pengumpulan bukti baik itu bukti foto dan sejenisnya.

2. Kemanan di  TKP, Seringkali kondisi atau lokasi TKP sudah berantakan karena banyaknya atau mudahnya access masuk bai orang yang tidak berkepentingan dan yang berkepetingan sehingga hal yang terjadi bisa tersamarkan , contohnya perampokan banyak orang yang masuk sehingga pintu berjubel banyak orang sehingga bisa merusak pintu rumah yang harusnya bisa terlihat bagaimana pencuri masuk jadi tidak bisa karena pintunya rusak karena banyaknya orang yang masuk ke lokasi TKP. Contoh lainnya adalah lokasi kebakaran, banyak orang ingin menyelamatkan barang barang yang sudah terbakar ataupun belum sehingga kesulitan dalam menentukan sumber dari kebakaran itu sendiri.

3. Rekonstruksi kejadian pertama, menjadi orang pertama pada rekayasa kejadian adalah hal yang penting sehingga bisa mencatata secara detail kejadiannya sehingga memberikan bukti yang tepat dan akurat

Menjadi forensi fotografer harus memiliki 3 konsep fotonya yang harus dimiliki yaitu :

3 konsep foto forensik 

1. Subject
2. Skala
3. Referensi object

TKP foto harus selalu menjadi fokus , dengan subjek dari foto sebagai objek utama dari TKP . Harus selalu ada skala atau penduannya. hal ini diperlukan untuk visualisasi , penyelidikan, dan pembuktian benar tidaknya tersangka, korban , saksi di TKP. Foto secara keseluruhan awal harus berusaha untuk menangkap lokasi bukti dan fitur mengidentifikasi adegan, seperti alamat , nomor identifikasi kendaraan dan nomor seri , sepatu, dan kondisi tempat kejadian . Juga foto harus mengambarkan secara keseluruhan lokasi TKP , dalam semua foto harus ada skala yang isertakan, penanda skala, kemudian perlengkapan foto yang dipakai, skala yang dipakai juga skala yang jelas dan dapat diperbandikang dengan benar. Tidak bisa menggunakan skala yang asal dan tidak diakui secara internasional seperti skala cm bukan menggunakan acuan seperti batu bata, atau ukuran keramik. Dan semua foto harus menggunakan prinsip foto yang baik dan benar seperti Exposure yang benar tidak gelap dan teralalu terang, Tidak salah dalam setting warna kecerahan ,white balance dari camera sehingga bisa mengarah ke hal hal yang lain seperti warna kebiru biruan, kekuning kuningan. Hal ini bisa membuat perbedaan presepsi yang melihatnya.

Setting standart yang diperlukan untuk fotografi forensik adalah :

1. Setting High res foto dalam bentuk TIFF dan RAW , yang mana di Indonesia seringkali pakai format JPEG yang seharusnya bisa di setting lebih tinggi
2. Setting exposure dengan benar sehingga ketepatan / focus bisa tepat sehingga camera tidak shake atau blur
3. Gambar Memiliki komposisi yang tepat (gunakan lensa yang tepat untuk mendapatkan ukuran yang tepat) biasa menggunakan lensa 50 mm

Perlengkapan forensik fotografi yang diperlukan adalah :

1. Catatan / notes / kertas gambar, termasuk alat tulisnya)
2. Camera photo dan video
3. Lensa normal, wide, makro
4. Flash
5. Tripod
6. Alat pengukur dan alat identifikasi
7. Kompas
8. Pemotretan terstuktur dengan urutan yang benar

Dengan mengetahui apa saja yang diperlukan untuk pemotretan diharapkan bukti yang dikumpulkan dapat membantu penyelidikan dari yang diperlukan untuk pembuktian di pengadilan.

 

Ditulis dari berbagai sumber
(wikipedia)
Herry Tjiang
Certified photographer

 

RECENT POSTS

    Leave a comment